Sekulerisme & Materialisme Mengeksploitasi Nilai-nilai Ilmu Pengetahuan



Khazanah ilmu pengetahuan selalu berkambang dari masa kemasa. Sejak diciptakannya manusia pertama yang menghuni bumi sampai detik ini. Kemajuan demi kemajuan terus berkembang amat luas. Pengetahuan orang-orang dahulu tentang gejala angin, hujan dan salju dapat diperoleh dengan dugaan dan apa yang dapat mereka lihat, yang tidak pernah di bangun atas dasar-dasar ilmiah. Para kapten laut dan petani, keduanya mamapu menangkap tanda-tanda dan isyatrat-isyarat untuk peramalan angin dan hujan meski sebenarnya mereka tidak benar-benar memahami gejala tersebut. Demikian hal tersebut berlangsung beribu-ribu tahun, sampai secara bertahap segala sesuatu yang penting dapat ditemukan dan diciptakan. Sampai pada abad ke 20 seorang ilmuan Norwegia Byerkness, berhasil menemukan hukum-hukum umum tentang pembentukan atau pergerakan awan, terjadinya badai salju serta hujan di segala tempat, sampai ilmu pengetahuan mencapai batas yang amat luas.

Dengan demikian berbagai bidang keilmuan mulai di temukan dan kelompokan sesignifikan mungkin. Meteorologi, astronomi, fisika, kimia antropologi, filologi dan lain sebagainya kesemuannya adalah hasil pemikiran yang terus menerus beregenerasi membuat eksistentsitas yang mencengangkan.

Sejak awal Islam telah berdiri digarda paling depan mengawal umat untuk menimba ilmu pengetahuan seluas dan sebanyak mungkin. Terlihat dari wahyu pertama yang Allah SWT turunkan yakni surah al-Alaq : 1-5

Semua ulama sepakat bahwa ayat-ayat tersebut merupakan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar kandungan kelima ayat ini tertuju pada “pentingnya menuntut ilmu”. Kata “iqra” pada ayat pertama berasal dari kata “Qara-a” yang berarti “menghimpun”, “membaca” dll. Dan maksud dari membaca dalam konteks ini para ‘ulama tafsir banyak berpendapat bahwa, bukan hanya membaca secara konteks yang tertulis namun juga membaca konteks yang berupa fenomena yang sering di sebut al-ayat al-qauniyyah. Sebab itu lah di dalam sejumlah kamus, kata ini banyak menyimpan arti diantaranya, “membaca”, “menelaah”, “mendalami”, “meneliti”, dan lain sebagainya, yang mengarah pada arti menghimpun. Ayat Al-Qur’an pun begitu banyak menyinggung mengenai berbagai fenomena alam yang menyertai kelangsungan hidup manusia. Ini menunjukan ayat tersebut memberi pemahaman kepada kita untuk senantiasa belajar dan menganalisa segala fenomena yang terjadi di sekitar kita. Dan belum lagi banyak ayat lain dan hadits nabi  yang menggaris bawahi arti penting ilmu dalam kehidupan.

Sedangkan konteks budaya non Islam yang berkembang di barat mulai menggerogoti eksistensitas ilmu pengetahuan itu sendiri. Kelahiran filsafat Yunani sebagai contoh dasar, melahirkan para pemikir yang tak hanya menihilkan nilai-nilai ketuhanan namun juga menihilkan nilai moral. Mereka berkutat pada pertanyaan seputar nilai-nilai ketuhan namun tak kunjung berhujung dan akhirnya menuhankan diri mereka sendiri. Di dunia barat dewasa ini pun kejadian serupa terulang kembali. Pada umumnya manusia barat modern memiliki pandangan hidup sekuler dan matrealis karena mereka di bentuk oleh akar-akar peradaban Yunani dan Romawi itu sendiri. 

Di samping itu peradaban modern di barat juga dibangun atas landasan kebencian dan dendam kepada pihak gereja yang sangat kejam kepada para ilmuan dan kaum intelek yang memperjuangkan pembaharuan dengan membunuh dam membakar mereka hidup-hidup. Akibatnya mereka membenci kepercayaan, kebudayaan ilmu dan moral para tokoh gereja. Pada mulanya mereka hanya memusuhi agama Kristen tetapi kemudian mereka memusuhi semua agama. Akibat selanjutnya, mereka memutuskan ajaran-ajaran gereja yang mengungkung dan membelenggu mereka. Maka lahirlah peradaban Kristen yang sekuler dan matrealis. Pemberontakan terhadap kebebasan hidup dan kemajuan ilmu pengetahuan yang tak dapat dicapai jika terus menerus dikungkung oleh nilai keagamaan dan ketuhanan. Kebebasan adalah hal yang mutlak dimiliki manusia seutuhnya. 

Inilah benih-benih sekularisme yang berhujung pada sikap materialistis yang hanya mementingkan keuntungan pribadi secara individual. Segala sesuatu yang ia kerjakan hanya untuk memenuhi pundi pundi kesejahteraan masing-masing. Sikap apatis mulai menjangkiti moral mereka. Tak memperdulikan mana cara yang benar dan mana cara yang salah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan hal ini yang sejak lama sudah menyeruak masuk menjangkiti umat muslim dewasa ini. Padahal seluruh keyakinan yang demikian itulah yang  malah merusak hakikat hidup bagi manusia. Semuanya hidup dengan hukum rimba, siapa yang kuat ia yang dapat bertahan. Konflik antar golongan, ras dan lain lain mulai terajut menyelimuti dunia yang bersandar pada sekulerisme dan materialisme. Perkembanga ilmu bergeser dari makna intinya, yang tadinya adalah langkah mempermudah kelangsungan hidup manusia kemudian malah menjadi bumerang untuk manusia sendiri.

Oleh sebab itu lah kacamata Islam mengajarkan, selain dengan membaca, dalam ayat ke empat surah al-Alaq itu Allah memberikan pelajaran bagi kita hendaknya kata “Iqra” di rangkai dengan kata “ bismi rabbika”. Karena mengkaitkan membaca dengan menyebut nama Allah berarti melandasi semangat keilmuan hanya kepada Allah swt. pengakitan seperti ini memiliki arti yang sangat penting. Sebab, bukan rahasia bahwa selain wajah nya yang menawan, ilmu pengetahuan juga memiliki sisi wajah yang mengerikan. Munculnya tekhnologi berupa senjata api, amunisi, bahan nuklir hingga pemusnah masal maupun rekayasa ilmiah lainnya yang membahayakan ekosistem dan kelangsungan hidup manusia tidak bisa dilepaskan sama sekali dari perkembangan ilmu pengetahuan. 

Dalam konteks semacam ini penguasaan atas ilmu sangat penting untuk kita “umat muslim” miliki karena tanpa bekal pemahaman yang cukup atas masalah yang ada, kita hanya akan menjadi kawanan domba yang bengong melihat pusaran wacana yang berkembang dan kemudian terhanyut mengikuti arus yang ada. Oleh sebab itu akhirnya kita perlu mengingatkan diri kita sendiri bahwa apabila kita memahami al-Qur’an maka kita telah membantu mewujudkan proyak besar Islam. Banguan besar keagungan umat muslim akan runtuh apabila kita berhenti melaksanakan perintah kitab samawi ini dalam praktek kehidupan. 
Wallahu’alam.

Penida Nur Apriani. Alumni 2014

1 komentar:

  1. Assalamualaikum.. subhanallah tulisan yang menggugah pikiran dan inspiratif. Turut berbangga dgn kualitas alumni PPMA ..

    BalasHapus