Mengurai Kenangan ; Suatu Pagi di Pondok Tercinta


Seperti biasa, pagi hari para santri harus siap-siap untuk beraktifitas di pondok pesantren, Pondok Pesantren Maj’maul Anhar yang lebih masyhur dengan nama singkatan PPMA. PPMA sebuah nama yang disematkan kepada pondok kami baik oleh santri, alumni atau kalayak masyarakat umum. Pesantren yang terletak didekat jantung kota Cibinong, ibu kota kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tempat yang strategis dengan pusat pemerintahan ; kelurahan, kecamatan sampai pemerintah daerah. Bahkan yang lebih spesial, pesantren ini berdiri di dekat MAN Cibinong, sekolah tingkat SLTA yang mendapat pelajaran tambahan plus seperti ilmu ushuludin, syari’ah islam, sampai cara menulis khat atau cara menulis tulisan arab.

“Bangun-bangun, ayo tahajud tahajud!!!”, suara santri yang rajin layaknya aktifis mahasiswa yang sedang berorasi didepan gedung DPR ibukota Jakarta. Tahajud adalah ibadah sunah yang didirikan selepas terjaga dari istirahat malam. Ibadah ini amat sangat dianjurkan oleh pak kyai, tidak aneh ketika santri yang rajin akan mendapat posisi khusus dihati kyai. Satu demi satu para santri bangun dari tidur lelapnya, ada santri yang berdiri tegak khusu menghadap rabnya, ada juga di pojok kamar tamu yang lagi membaca kalam-kalam ilahi dengan suara yang merdu, ada juga yang lagi mandi, ada yang siap-siap sahur kedapur dan juga ada yang menghafal bait-bait imrithy, kitab nahwu penomenal yang amat indah tatkala dilantunkan terlepas dari isinya yang ringkas dan lengkap.

Waktu menunjukan pukul 04.25 wib, itu artinya waktu fajar shodiq telah terbit dan sudah masuk waktu shalat Shubuh. Seorang santri berdiri mengahap kiblat seraya mengumandangkan adzan, “Allahu Akbar, Allahu Akbar...”, lantunan suara merdu dengan nada suara yang menenangkan bagi sebagian santri suara ini terasa mersap relung hati dan terasa amat menggetarkan, “Laa ilaha illaah”, tanda akhir lantunan adzan yang amat menggugah. Iringan santri berdatangan dari bawah tangga menuju majelis, majelis yang dijadikan tempat serbaguna seperti shalat jama’ah, pengajian bulanan dan rutinitas pesantren seperti rapat, diskusi dan pengajian ala santri.

Dari arah barat daya, satu demi satu santri putri beriringan menuju majelis melewati jembatan yang menghubungkan gedung santri putri dan majelis untuk menunaikan ibadah shalat, sebagian santri berdiri mendirikan shalat sunah fajar. Shalat akan dimulai ketika pak kyai telah memberikan aba-aba kepada santri untuk melantunkan iqamah, sebuah suasana damai  yang akan dirindukan oleh para santri yang telah menyelesaikan masa pesantrennya di pondokitu, PPMA tercinta. “Alhamdulillahi alladzi qod waffaqo lililmi khoiri kholqihi wa littuqoo”, syair bait imrithy yang dilantunkan dikelas Ummar Ibn Khattab. Suasana terasa damai dan indah, para santri duduk mengahadap kearah para ustadz sambil memegang kitab yang dilantunkan. Lantunan sya’ir berhenti dan itu tandanya kegiatan dars atau belajar mengajar di Shubuh hari dimulai.

“Arkanul islami khomsatun, arkanul islami adapun rukun-rukun islam, khomsatun itu ada lima” salah satu ustadz dengan sigap dihadapan para santri memberikan pengajaran dalam kitab safinatu annaja. Para santri dengan khusu menggoreskan penanya dengan penuh ketelatenan kepada kitab yang berada dihadapan mereka. Pengajian di pondok ini pada umumnya menggunakan metode bandongan yaitu metode berhadapan ustadz dengan santri, dimana pengajian sepenuhnya dikendalikan oleh ustadz, ustadz membaca, menerjemahkan, mengulas dan menerangkan materi yang disajikan dihadapan para santri, sesekali ustadz menugaskan santri untuk membaca kitab yang telah diterjemahkannya. Jam menunjukan pukul 06.00 wib para santri membaca  “subhanaka allahumma wabihamdika astagfiruka waatubu ilaik”, do'a yang dilantunkan para santri diakhir pengajian. Ustadz pamit dan para santi pun membubarkan diri dari pengajian.


Bumi Kinanah, 17 Mei 2016

Fathi Amrullah



1 komentar: